Rabu, 07 April 2021

Manfaat Punya Dana Darurat


Foto: Rachman Haryanto


Jakarta - Anda pasti sudah sering mendengar tentang dana darurat bukan? Yaitu dana khusus yang dipersiapkan untuk menghadapi kondisi-kondisi darurat yang membutuhkan uang dalam jumlah besar dan harus dapat disediakan dengan cepat.

Ada perencana keuangan yang menyarankan jumlah dana darurat minimal 3 kali pengeluaran bulanan. Ada juga yang menyarankan jumlah dana darurat sampai sebesar 12 kali pengeluaran bulanan, tergantung dari jumlah tanggungan yang Anda miliki. Misalnya ada istri, anak, atau orang tua yang ikut bersama Anda.

Nah, apakah Anda saat ini sudah memiiki dana darurat? Jika belum, segeralah mempersiapkan dana darurat tersebut, karena dengan memiliki dana darurat maka kita akan mendapatkan beberapa manfaat. Beberapa manfaatnya adalah:

1. Tidak kebingungan mencari uang tunai dalam jumlah besar
Anda bayangkan saat ini sedang dalam puncak musim hujan, hujan turun dengan lebatnya di rumah Anda, kemudian rumah bocor dan rusak parah karena hujan deras disertai angin kencang. Sementara itu Anda tidak memiliki sanak saudara di kota anda tinggal saat ini.

Rumah membutuhkan perbaikan besar dengan segera. Tukang bangunan yang Anda kenal tidak dapat dibayar menggunakan kartu kredit. Sedangkan untuk membeli bahan bangunan dan mengontrol perbaikan rumah, Anda tidak bisa melakukannya setiap hari.

Alhasil di sinilah peran dana darurat berperan, Anda dapat mengambil uang tunai dari bank dan kemudian membayarkan jasa tukang bangunan secara tunai.

2.Tidak kehilangan momentum
Rekan Anda yang seorang makelar tanah menelpon Anda, ia memberitahukan bahwa tanah kavling yang Anda incar sejak 5 tahun lalu akhirnya sekarang dijual. Harganya pun sesuai dengan penawaran Anda dulu.

Pemilik tanah rupanya sedang butuh uang dan dia teringat dengan Anda yang sepertinya benar-benar berniat membeli tanah tersebut. Bukan main, kesempatan seperti ini tidak akan datang untuk kedua kalinya dalam waktu dekat, belum lagi jika nanti diambil calon pembeli lain.

Tidak ada kesempatan kedua, Anda harus ambil sekarang. Tanah tersebut sudah Anda rencanakan untuk dibangun rumah kost 10 pintu. Sayangnya, Anda baru saja membeli mobil secara tunai. Untuk membeli tanah tersebut rencananya Anda akan menjaminkan BPKB mobil untuk mengambil kredit di bank.

Namun jumlahnya masih kurang untuk pembelian tanah tersebut. Belum lagi untuk membangun rumah kost. Dalam kasus ini, Anda bisa menggunakan sebagian dana darurat yang Anda miliki dengan catatan, sisakan dana darurat minimal 3 kali pengeluaran bulanan.

Jika dana darurat sudah diambil, maka pada bulan berikutnya Anda harus memprioritaskan untuk membayar cicilan hutang ke bank dan membentuk dana darurat agar saldonya terhimpun kembali seperti awal.

3. Dana Investasi tidak tergerus
Selama ini Anda getol berinvestasi ke berbagai instrumen. Ada yang di saham, reksadana, dan baru-baru ini Anda juga baru saja membeli tanah kavling di Bogor. Namun karena terlalu gencar berinvestasi, Anda bahkan tidak memiliki tabungan di bank.

Ada sih, tapi hanya untuk keperluan belanja bulanan saja. Lagipula menurut Anda uang yang ditabung di bank return-nya sangat kecil, hanya 3-4% per tahun, lebih baik ditempatkan di reksa dana atau saham.

Namun ternyata musibah terjadi, Anda mengalami kecelakaan sehingga harus dirawat di rumah sakit. Biaya rumah sakit hanya dicover separuhnya sesuai plafon asuransi Anda. Separuhnya lagi harus Anda bayar sendiri. Anda pun terpaksa mencairkan sebagian investasi Anda, padahal return-nya belum terlalu signifikan. Hal ini tidak akan terjadi apabila Anda memiliki dana darurat yang siap digunakan dalam berbagai keadaan darurat.

Baru 3 yang dibahas saja sudah banyak orang yang merengut dan panik padahal masih banyak lagi kegunaan dan manfaat dari Dana Darurat yang bila dijabarkan secara detil di sini pasti akan sangat panjang sekali.

Untuk itulah saya lebih merekomendasikan anda belajar tentang mengelola gaji dan keuangan di workshop singkat 1 atau 2 hari atau yang bersertifikasi selama beberapa hari.

Banyak pendidikan, kelas dan workshop, tapi yang saya rekomendasikan yang dilakukan oleh AAM & Associates https://ow.ly/pxId30gC3BB maupun IARFC Indonesia https://ow.ly/NbPy30gC3Dy.

Info workshop Kaya Raya Dengan Reksa Dana bulan depan 2018 buka di sini https://bit.ly/WRD0218. Untuk belajar mengelola gaji bulanan bisa ikut workshop CPMM, info di sini https://bit.ly/PMM0218.

Untuk di Bali atau anda ingin belajar sambil liburan bisa ikutan di bulan Februari workshop mengelola keuangan, info https://bit.ly/PMDPS02, Dan bagi yang ingin belajar Cara Kaya dengan Reksa Dana di Bali, info https://bit.ly/RDDPS02 lumayan bisa jalan-jalan liburan sambil belajar lho. Ada juga yang di Jogja, info bisa buka di sini https://bit.ly/PMJGS18 dan di sini https://bit.ly/RDJGS18.

Sementara untuk ilmu yang lengkap, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan sertifikat Internasional bisa ikutan workshop Intermediate Financial Planning info lihat di sini https://bit.ly/IMD0318.

Selain itu bisa juga bergabung di akun telegram group kami dengan nama Seputar Keuangan atau klik di sini t.me/seputarkeuangan.

Jadi bagaimana pembaca? Itulah sebagian manfaat dari dana darurat, semoga Anda sudah menyiapkannya. Semoga artikel ini bermanfaat!

sumber : detik.com


sSHANGHAI, KOMPAS.com - Dua raksasa teknologi China, Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings tengah berada di tengah duel investasi ritel. Kedua perusahaan tersebut saat ini memiliki total kapitalisasi pasar sebesar 1 trilijn dollar AS. Mengutip South China Morning Post, Kamis (22/2/2018), keduanya pun berduel memperebutkan pasar dompet digital masyarakat yang gandrung belanja online (daring). Sejak awal tahun lalu, dua perusahaan tersebut telah merogoh kantong hingga lebih dari 10 miliar dollar AS untuk melakukan kesepakatan yang fokus pada segmen ritel. Baca juga : Go-Jek Dapat Suntikan Modal dari Raksasa Teknologi China Tencent Persaingan di antara Alibaba dan Tencent ini pun tak pelak membuat peritel-peritel konvensional merasa cemas. Sebab, kedua perusahan kini tengah menguasai pula lini bisnis terkait ritel, seperti dompet elektronik hingga logistik digital. "Semua peritel konvensional sangat khawatir, mereka harus memihak salah satu. Kalau tidak, mereka takut di masa mendatang akan dilahap hidup-hidup," ujar Jason Yu, general manager Kantar Worldpanel. Alibaba merupakan pemain e-commerce utama China dan anak usahanya, Ant Financial, memimpin industri pembayaran secara mobile. Baca juga : Dorong Ekonomi Digital, Alibaba Ajak UKM di Indonesia Kembangkan Bisnis Sementara itu, Tencent memperkuat posisinya di media sosial, pembayaran digital, dan game, serta memiliki saham mayoritas di perusahaan e-commerce terbesar kedua di China, JD.Com. Tencent dan JD.com memiliki banyak mitra besar, termasuk raksasa ritel Perancis Carrefour SA dan Walmart dari AS. Belum lama ini, Carrefour mengumumkan investasi potensial dari Tencent, sementara Walmart memiliki saham di JD.Com. Alibaba pun menanamkan investasinya di sejumlah perusahaan ritel, seperti Suning.com, Intime Retail, Sanjiang Shopping Club, Lianhua Supermarket, Wanda Film, dan Easyhome. Baca juga : Ini Daftar 10 Orang Terkaya di China, Jack Ma Nomor 2 Segmen lain yang menjadi arena tarung Alibaba dan Tencent adalah pasar pembayaran digital China yang saat ini nilainya hampir emncapai 13 triliun dollar AS. Keduanya pun memiliki kekuatan yang berimbang pada pasar ini. Alibaba mengambil alih 33 persen saham Ant Financial dan diekspektasikan bakal melakukan pencatatan saham perdana (IPO) dengan nilai fantastis. Ant mengoperasikan platform pembayaran digital terbesar di China, Alipay. Sementara itu, Tencent memiliki sistem pembayaran berbasis aplikasi chatting Weixin yang tidak kalah kuat. Kedua perusahaan pun juga mendorong penggunaan teknologi komputasi awan dan data. "Saya rasa pembayaran adalah bagian yang sangat penting karena ini hampir menuju gerbang (industri ritel secara keseluruhan). Ini adalah wadah di mana Alibaba, JD.com, dan bahkan Tencent memiliki porsi yang sama," ujar Yu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menilik Duel Investasi Alibaba dan Tencent", http://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/22/100000926/menilik-duel-investasi-alibaba-dan-tencent.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika
SHANGHAI, KOMPAS.com - Dua raksasa teknologi China, Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings tengah berada di tengah duel investasi ritel. Kedua perusahaan tersebut saat ini memiliki total kapitalisasi pasar sebesar 1 trilijn dollar AS. Mengutip South China Morning Post, Kamis (22/2/2018), keduanya pun berduel memperebutkan pasar dompet digital masyarakat yang gandrung belanja online (daring). Sejak awal tahun lalu, dua perusahaan tersebut telah merogoh kantong hingga lebih dari 10 miliar dollar AS untuk melakukan kesepakatan yang fokus pada segmen ritel. Baca juga : Go-Jek Dapat Suntikan Modal dari Raksasa Teknologi China Tencent Persaingan di antara Alibaba dan Tencent ini pun tak pelak membuat peritel-peritel konvensional merasa cemas. Sebab, kedua perusahan kini tengah menguasai pula lini bisnis terkait ritel, seperti dompet elektronik hingga logistik digital. "Semua peritel konvensional sangat khawatir, mereka harus memihak salah satu. Kalau tidak, mereka takut di masa mendatang akan dilahap hidup-hidup," ujar Jason Yu, general manager Kantar Worldpanel. Alibaba merupakan pemain e-commerce utama China dan anak usahanya, Ant Financial, memimpin industri pembayaran secara mobile. Baca juga : Dorong Ekonomi Digital, Alibaba Ajak UKM di Indonesia Kembangkan Bisnis Sementara itu, Tencent memperkuat posisinya di media sosial, pembayaran digital, dan game, serta memiliki saham mayoritas di perusahaan e-commerce terbesar kedua di China, JD.Com. Tencent dan JD.com memiliki banyak mitra besar, termasuk raksasa ritel Perancis Carrefour SA dan Walmart dari AS. Belum lama ini, Carrefour mengumumkan investasi potensial dari Tencent, sementara Walmart memiliki saham di JD.Com. Alibaba pun menanamkan investasinya di sejumlah perusahaan ritel, seperti Suning.com, Intime Retail, Sanjiang Shopping Club, Lianhua Supermarket, Wanda Film, dan Easyhome. Baca juga : Ini Daftar 10 Orang Terkaya di China, Jack Ma Nomor 2 Segmen lain yang menjadi arena tarung Alibaba dan Tencent adalah pasar pembayaran digital China yang saat ini nilainya hampir emncapai 13 triliun dollar AS. Keduanya pun memiliki kekuatan yang berimbang pada pasar ini. Alibaba mengambil alih 33 persen saham Ant Financial dan diekspektasikan bakal melakukan pencatatan saham perdana (IPO) dengan nilai fantastis. Ant mengoperasikan platform pembayaran digital terbesar di China, Alipay. Sementara itu, Tencent memiliki sistem pembayaran berbasis aplikasi chatting Weixin yang tidak kalah kuat. Kedua perusahaan pun juga mendorong penggunaan teknologi komputasi awan dan data. "Saya rasa pembayaran adalah bagian yang sangat penting karena ini hampir menuju gerbang (industri ritel secara keseluruhan). Ini adalah wadah di mana Alibaba, JD.com, dan bahkan Tencent memiliki porsi yang sama," ujar Yu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menilik Duel Investasi Alibaba dan Tencent", http://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/22/100000926/menilik-duel-investasi-alibaba-dan-tencent.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika
SHANGHAI, KOMPAS.com - Dua raksasa teknologi China, Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings tengah berada di tengah duel investasi ritel. Kedua perusahaan tersebut saat ini memiliki total kapitalisasi pasar sebesar 1 trilijn dollar AS. Mengutip South China Morning Post, Kamis (22/2/2018), keduanya pun berduel memperebutkan pasar dompet digital masyarakat yang gandrung belanja online (daring). Sejak awal tahun lalu, dua perusahaan tersebut telah merogoh kantong hingga lebih dari 10 miliar dollar AS untuk melakukan kesepakatan yang fokus pada segmen ritel. Baca juga : Go-Jek Dapat Suntikan Modal dari Raksasa Teknologi China Tencent Persaingan di antara Alibaba dan Tencent ini pun tak pelak membuat peritel-peritel konvensional merasa cemas. Sebab, kedua perusahan kini tengah menguasai pula lini bisnis terkait ritel, seperti dompet elektronik hingga logistik digital. "Semua peritel konvensional sangat khawatir, mereka harus memihak salah satu. Kalau tidak, mereka takut di masa mendatang akan dilahap hidup-hidup," ujar Jason Yu, general manager Kantar Worldpanel. Alibaba merupakan pemain e-commerce utama China dan anak usahanya, Ant Financial, memimpin industri pembayaran secara mobile. Baca juga : Dorong Ekonomi Digital, Alibaba Ajak UKM di Indonesia Kembangkan Bisnis Sementara itu, Tencent memperkuat posisinya di media sosial, pembayaran digital, dan game, serta memiliki saham mayoritas di perusahaan e-commerce terbesar kedua di China, JD.Com. Tencent dan JD.com memiliki banyak mitra besar, termasuk raksasa ritel Perancis Carrefour SA dan Walmart dari AS. Belum lama ini, Carrefour mengumumkan investasi potensial dari Tencent, sementara Walmart memiliki saham di JD.Com. Alibaba pun menanamkan investasinya di sejumlah perusahaan ritel, seperti Suning.com, Intime Retail, Sanjiang Shopping Club, Lianhua Supermarket, Wanda Film, dan Easyhome. Baca juga : Ini Daftar 10 Orang Terkaya di China, Jack Ma Nomor 2 Segmen lain yang menjadi arena tarung Alibaba dan Tencent adalah pasar pembayaran digital China yang saat ini nilainya hampir emncapai 13 triliun dollar AS. Keduanya pun memiliki kekuatan yang berimbang pada pasar ini. Alibaba mengambil alih 33 persen saham Ant Financial dan diekspektasikan bakal melakukan pencatatan saham perdana (IPO) dengan nilai fantastis. Ant mengoperasikan platform pembayaran digital terbesar di China, Alipay. Sementara itu, Tencent memiliki sistem pembayaran berbasis aplikasi chatting Weixin yang tidak kalah kuat. Kedua perusahaan pun juga mendorong penggunaan teknologi komputasi awan dan data. "Saya rasa pembayaran adalah bagian yang sangat penting karena ini hampir menuju gerbang (industri ritel secara keseluruhan). Ini adalah wadah di mana Alibaba, JD.com, dan bahkan Tencent memiliki porsi yang sama," ujar Yu

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menilik Duel Investasi Alibaba dan Tencent", http://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/22/100000926/menilik-duel-investasi-alibaba-dan-tencent.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika
SHANGHAI, KOMPAS.com - Dua raksasa teknologi China, Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings tengah berada di tengah duel investasi ritel. Kedua perusahaan tersebut saat ini memiliki total kapitalisasi pasar sebesar 1 trilijn dollar AS. Mengutip South China Morning Post, Kamis (22/2/2018), keduanya pun berduel memperebutkan pasar dompet digital masyarakat yang gandrung belanja online (daring). Sejak awal tahun lalu, dua perusahaan tersebut telah merogoh kantong hingga lebih dari 10 miliar dollar AS untuk melakukan kesepakatan yang fokus pada segmen ritel. Baca juga : Go-Jek Dapat Suntikan Modal dari Raksasa Teknologi China Tencent Persaingan di antara Alibaba dan Tencent ini pun tak pelak membuat peritel-peritel konvensional merasa cemas. Sebab, kedua perusahan kini tengah menguasai pula lini bisnis terkait ritel, seperti dompet elektronik hingga logistik digital. "Semua peritel konvensional sangat khawatir, mereka harus memihak salah satu. Kalau tidak, mereka takut di masa mendatang akan dilahap hidup-hidup," ujar Jason Yu, general manager Kantar Worldpanel. Alibaba merupakan pemain e-commerce utama China dan anak usahanya, Ant Financial, memimpin industri pembayaran secara mobile. Baca juga : Dorong Ekonomi Digital, Alibaba Ajak UKM di Indonesia Kembangkan Bisnis Sementara itu, Tencent memperkuat posisinya di media sosial, pembayaran digital, dan game, serta memiliki saham mayoritas di perusahaan e-commerce terbesar kedua di China, JD.Com. Tencent dan JD.com memiliki banyak mitra besar, termasuk raksasa ritel Perancis Carrefour SA dan Walmart dari AS. Belum lama ini, Carrefour mengumumkan investasi potensial dari Tencent, sementara Walmart memiliki saham di JD.Com. Alibaba pun menanamkan investasinya di sejumlah perusahaan ritel, seperti Suning.com, Intime Retail, Sanjiang Shopping Club, Lianhua Supermarket, Wanda Film, dan Easyhome. Baca juga : Ini Daftar 10 Orang Terkaya di China, Jack Ma Nomor 2 Segmen lain yang menjadi arena tarung Alibaba dan Tencent adalah pasar pembayaran digital China yang saat ini nilainya hampir emncapai 13 triliun dollar AS. Keduanya pun memiliki kekuatan yang berimbang pada pasar ini. Alibaba mengambil alih 33 persen saham Ant Financial dan diekspektasikan bakal melakukan pencatatan saham perdana (IPO) dengan nilai fantastis. Ant mengoperasikan platform pembayaran digital terbesar di China, Alipay. Sementara itu, Tencent memiliki sistem pembayaran berbasis aplikasi chatting Weixin yang tidak kalah kuat. Kedua perusahaan pun juga mendorong penggunaan teknologi komputasi awan dan data. "Saya rasa pembayaran adalah bagian yang sangat penting karena ini hampir menuju gerbang (industri ritel secara keseluruhan). Ini adalah wadah di mana Alibaba, JD.com, dan bahkan Tencent memiliki porsi yang sama," ujar Yu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menilik Duel Investasi Alibaba dan Tencent", http://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/22/100000926/menilik-duel-investasi-alibaba-dan-tencent.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika
SHANGHAI, KOMPAS.com - Dua raksasa teknologi China, Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings tengah berada di tengah duel investasi ritel. Kedua perusahaan tersebut saat ini memiliki total kapitalisasi pasar sebesar 1 trilijn dollar AS. Mengutip South China Morning Post, Kamis (22/2/2018), keduanya pun berduel memperebutkan pasar dompet digital masyarakat yang gandrung belanja online (daring). Sejak awal tahun lalu, dua perusahaan tersebut telah merogoh kantong hingga lebih dari 10 miliar dollar AS untuk melakukan kesepakatan yang fokus pada segmen ritel. Baca juga : Go-Jek Dapat Suntikan Modal dari Raksasa Teknologi China Tencent Persaingan di antara Alibaba dan Tencent ini pun tak pelak membuat peritel-peritel konvensional merasa cemas. Sebab, kedua perusahan kini tengah menguasai pula lini bisnis terkait ritel, seperti dompet elektronik hingga logistik digital. "Semua peritel konvensional sangat khawatir, mereka harus memihak salah satu. Kalau tidak, mereka takut di masa mendatang akan dilahap hidup-hidup," ujar Jason Yu, general manager Kantar Worldpanel. Alibaba merupakan pemain e-commerce utama China dan anak usahanya, Ant Financial, memimpin industri pembayaran secara mobile. Baca juga : Dorong Ekonomi Digital, Alibaba Ajak UKM di Indonesia Kembangkan Bisnis Sementara itu, Tencent memperkuat posisinya di media sosial, pembayaran digital, dan game, serta memiliki saham mayoritas di perusahaan e-commerce terbesar kedua di China, JD.Com. Tencent dan JD.com memiliki banyak mitra besar, termasuk raksasa ritel Perancis Carrefour SA dan Walmart dari AS. Belum lama ini, Carrefour mengumumkan investasi potensial dari Tencent, sementara Walmart memiliki saham di JD.Com. Alibaba pun menanamkan investasinya di sejumlah perusahaan ritel, seperti Suning.com, Intime Retail, Sanjiang Shopping Club, Lianhua Supermarket, Wanda Film, dan Easyhome. Baca juga : Ini Daftar 10 Orang Terkaya di China, Jack Ma Nomor 2 Segmen lain yang menjadi arena tarung Alibaba dan Tencent adalah pasar pembayaran digital China yang saat ini nilainya hampir emncapai 13 triliun dollar AS. Keduanya pun memiliki kekuatan yang berimbang pada pasar ini. Alibaba mengambil alih 33 persen saham Ant Financial dan diekspektasikan bakal melakukan pencatatan saham perdana (IPO) dengan nilai fantastis. Ant mengoperasikan platform pembayaran digital terbesar di China, Alipay. Sementara itu, Tencent memiliki sistem pembayaran berbasis aplikasi chatting Weixin yang tidak kalah kuat. Kedua perusahaan pun juga mendorong penggunaan teknologi komputasi awan dan data. "Saya rasa pembayaran adalah bagian yang sangat penting karena ini hampir menuju gerbang (industri ritel secara keseluruhan). Ini adalah wadah di mana Alibaba, JD.com, dan bahkan Tencent memiliki porsi yang sama," ujar Yu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menilik Duel Investasi Alibaba dan Tencent", http://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/22/100000926/menilik-duel-investasi-alibaba-dan-tencent.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika
SHANGHAI, KOMPAS.com - Dua raksasa teknologi China, Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings tengah berada di tengah duel investasi ritel. Kedua perusahaan tersebut saat ini memiliki total kapitalisasi pasar sebesar 1 trilijn dollar AS. Mengutip South China Morning Post, Kamis (22/2/2018), keduanya pun berduel memperebutkan pasar dompet digital masyarakat yang gandrung belanja online (daring). Sejak awal tahun lalu, dua perusahaan tersebut telah merogoh kantong hingga lebih dari 10 miliar dollar AS untuk melakukan kesepakatan yang fokus pada segmen ritel. Baca juga : Go-Jek Dapat Suntikan Modal dari Raksasa Teknologi China Tencent Persaingan di antara Alibaba dan Tencent ini pun tak pelak membuat peritel-peritel konvensional merasa cemas. Sebab, kedua perusahan kini tengah menguasai pula lini bisnis terkait ritel, seperti dompet elektronik hingga logistik digital. "Semua peritel konvensional sangat khawatir, mereka harus memihak salah satu. Kalau tidak, mereka takut di masa mendatang akan dilahap hidup-hidup," ujar Jason Yu, general manager Kantar Worldpanel. Alibaba merupakan pemain e-commerce utama China dan anak usahanya, Ant Financial, memimpin industri pembayaran secara mobile. Baca juga : Dorong Ekonomi Digital, Alibaba Ajak UKM di Indonesia Kembangkan Bisnis Sementara itu, Tencent memperkuat posisinya di media sosial, pembayaran digital, dan game, serta memiliki saham mayoritas di perusahaan e-commerce terbesar kedua di China, JD.Com. Tencent dan JD.com memiliki banyak mitra besar, termasuk raksasa ritel Perancis Carrefour SA dan Walmart dari AS. Belum lama ini, Carrefour mengumumkan investasi potensial dari Tencent, sementara Walmart memiliki saham di JD.Com. Alibaba pun menanamkan investasinya di sejumlah perusahaan ritel, seperti Suning.com, Intime Retail, Sanjiang Shopping Club, Lianhua Supermarket, Wanda Film, dan Easyhome. Baca juga : Ini Daftar 10 Orang Terkaya di China, Jack Ma Nomor 2 Segmen lain yang menjadi arena tarung Alibaba dan Tencent adalah pasar pembayaran digital China yang saat ini nilainya hampir emncapai 13 triliun dollar AS. Keduanya pun memiliki kekuatan yang berimbang pada pasar ini. Alibaba mengambil alih 33 persen saham Ant Financial dan diekspektasikan bakal melakukan pencatatan saham perdana (IPO) dengan nilai fantastis. Ant mengoperasikan platform pembayaran digital terbesar di China, Alipay. Sementara itu, Tencent memiliki sistem pembayaran berbasis aplikasi chatting Weixin yang tidak kalah kuat. Kedua perusahaan pun juga mendorong penggunaan teknologi komputasi awan dan data. "Saya rasa pembayaran adalah bagian yang sangat penting karena ini hampir menuju gerbang (industri ritel secara keseluruhan). Ini adalah wadah di mana Alibaba, JD.com, dan bahkan Tencent memiliki porsi yang sama," ujar Yu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menilik Duel Investasi Alibaba dan Tencent", http://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/22/100000926/menilik-duel-investasi-alibaba-dan-tencent.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Editor : Aprillia Ika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel