Pexels.com |
Setiap
wanita yang sedang menjalani masa kehamilan, pasti berharap agar lancar dan
sehat hingga masa melahirkan tiba. Namun, beberapa hal kadang terjadi dan
menimbulkan permasalahan yang tidak bisa diduga. Tentu keadaan ini adalah hal
yang tidak diharapkan, tetapi segala sesuatu bisa terjadi selama masa kehamilan
hingga melahirkan. Misalnya seperti kasus plasenta akreta. Kondisi ini adalah
keadaan dimana plasenta yang masih menempel setelah proses kelahiran terjadi.
Jika pada kelahiran yang normal plasenta bisa langsung terlepas dari dinding
rahim, berbeda dengan kondisi ini.
Dalam
keadaan normal, plasenta (ari – ari bayi) menempel di dinding rahim selama masa
kehamilan. Setelah proses persalinan, plasenta akan terlepas secara otomatis.
Jika plasenta akreta terjadi, resiko yang bisa dialami yaitu pendarahan vagina
yang hebat bahkan bisa beresiko kematian. Hingga
saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab dari penyakit ini. Namun, gejala
umum plasenta akreta yaitu pendarahan hebat pada vagina setelah proses
persalinan berlangsung.
Selama masa kehamilan, wanita yang
mengalami plasenta akreta tidak menunjukkan gejala atau tanda yang signifikan.
Pendarahan saat trimester ketiga (minggu ke 27 sampai 40) bisa terjadi sebagai gejala
umum dari plasenta akreta. Jika kondisi ini terjadi, sebaiknya Anda segera
mendapatkan bantuan medis agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan
dan agar Anda segera mendapatkan pertolongan dan perawatan.
Sebagian orang yang mengalami kondisi
plasenta akreta tentu juga mengalami kondisi sebelumnya yang bisa menjadi
faktor penyebab dan faktor resiko dari penyakit yang dialami. Oleh karena itu,
seseroang yang mengalami plasenta akreta sebagian besar adalah wanita yang
pernah melakukan persalinan secara caesar. Riwayat kelahiran caesar atau
pembedahan rahim bisa meningkatkan resiko plasenta akreta bagi kehamilan
selanjutnya. Menurut American Pregnancy Association, wanita yang mengalami
kelahiran caesar bisa mengalami peningkatan sebesar 60%. Semakin banyak
kelahiran caesar yang dialami maka semakin besar pula resiko untuk mengalami
plasenta akreta.
Di sisi lain, beberapa faktor juga
menjadi penyebab atau faktor resiko seorang wanita mengalami kondisi ini,
seperti :
·
Hamil di atas
usia 35 tahun
·
Plasenta
berada di bagian bawah rahim
·
Kelainan
rahim misalnya fibroid rahim dan jaringan parut
·
Plasenta
previa, yaitu keadaan yang membuat plasenta menutupi sebagian atau keseluruhan
serviks (leher rahim). Diagnosis menunjukkan 5-10 % wanita hamil yang mengalami
plasenta akreta juga pernah mengalami plasenta previa.
Plasenta
akreta adalah komplikasi kehamilan yang bisa
mengancam jiwa orang yang mengalaminya. Pendarahan hebat adalah gejala umum
plasenta akreta yang membuat wanita tersebut kehilangan darah rata – rata
sebanyak 3-5 liter ketika melahirkan. Padahal orang dewasa mempunyai sekitar
4,5 hingga 5,5 liter darah di tubuh mereka. Oleh sebab itu, transfusi darah
sangat diperlukan bagi wanita yang mengalami kondisi ini.
Diagnosis plasenta
akreta dilakukan ketika wanita hamil. Namun, dokter terkadang menemukan kondisi
ini ketika melahirkan. Dokter akan menyarankan penderita untuk melakukan
beberapa tes atau pemeriksaan dengan tujuan untuk memastikan plasenta tidak
tumbuh ke dinding rahim apabila penderita mempunyai beberapa faktor resiko dari
plasenta akreta. Beberapa tes tersebut antara lain : tes pencitraan misalnya
ultrasound (USG) atau magnetic resonance imaging (MRI) dan tes darah yang
bertujuan untuk memeriksa kadar alfa-fetoprotein tinggi. Apabila penderita yang
mengalami plasenta akreta didiagnosis, dirawat dan diobati dengan baik, wanita tersebut
akan mengalami pemulihan tanpa mengalami komplikasi yang buruk dan mungkin
terjadi.
Sumber
:
https://hellosehat.com
https://www.popmama.com
www.halodoc.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar